Jumat, 25 Oktober 2013

Pak Bos

Cerita pagi ini adalah tentang pak bos. Setelah bekerja di dua perusahaan maka saya fix pernah punya 3 pak bos sampai detik ini, nah topik cerita kita kali ini adalah mengupas habis tentang pak bos.

Pak bos saya di perusahaan sebelumnya ada dua. Satu bernama pak Lutfi, saya mereport langsung ke beliau, dan yang kedua adalah pak Yodi. Sedangkan diperusahaan yang sekarang, saya hanya memiliki satu pak bos, namanya Pak Ari, kalaupun ada pak bos diatasnya pak Ari itu adalah om justin, manusia luar sana yang mengaku sebagai kakek bos saya (makhluk GSK site non indonesia)

Pak Lutfi adalah bapak yang baik, jika ingin menjelaskan suatu hal beliau sangat detail sekali, tidak ada kata scatter dalam obrolannya, beliau cukup kebapakan dan cukup bisa mengendalikan tingkah saya yang anak-anak ini. Pernah disuatu ketika saya dalam perjalanan cukup jauh bersama dengannya, ternyata orangnya asik, mudah diajak ngobrol, berjiwa muda dan easy going. Namun ada sedikit kekurangan beliau, beliau terlalu formal kepada bawahan, apapun yang saya lakukan ataupun obrolkan, responsenya memperlihatkan bahwa ada gap diantara kami, dia atasan dan saya bawahan, dan kebetulan saya tidak suka situasi seperti ini.

Yang kedua adalah pak Yodi. Pak Yodi adalah seorang atasan sekaligus seorang bapak bagi saya. Meskipun beliau tidak sedetail pak Lutfi dalam menjelaskan suatu hal tapi kemauan beliau untuk membuat saya mengerti akan suatu hal sangat besar. Beliau mengajarkan saya dari hal kecil sampai hal yang rumit. Beliau adalah atasan saya yang sangat peduli dengan penyakit saya, selalu menanyakan perkembangannya, selalu perhatikan saya jika cara berjalan saya agak berbeda dan meminta saya istirahat jika perlu. Ada beberapa hal yang membuat saya bertambah yakin kalau beliau adalah bapak yang baik, disaat kami jalan-jalan ke Jogja dan kaki saya sakit, beliau bersedia menemani saya dengan berjalan lebih lambat, tidak meninggalkan. Dan hal yang paling menyenangkan yang saya rasakan adalah sewaktu dia pulang dari China, saya dibawakan gelang, dan gelangnya cantik teman-teman. Sampai saat ini, gelang itu masih ada dan saya kenakan. Walaupun beliau jauh, dengan melihat gelang ini saya merasa dimanapun saya berada, ada seorang bapak yang peduli dengan saya yang membuat saya termotivasi untuk berobat lebih baik, lebih bersahabat dengan pinggang saya dan lebih peduli. Intinya, bapak ini baik sekali. Andai dia mempunyai versi lain dan itu versi lebih muda, belum married, saya siap mengejarnya, hahaahaahaaa. Bapaak, aku fans beratmu

Bapak yang ketiga adalah pak Ari. Bapak ini cukup pendiam, tidak terlalu rame, cukup serius namun diwaktu tertentu ikut bercanda juga dan itu lucu sekali, bapak ini sering memperlihatkan tampang menderita saking beratnya bebannya memindahkan beberapa produk dari perusahaan saya ke perusahaan third party. Pak Ari adalah pak bos yang mengayomi, dia tidak pernah mempersalahkan saya jika saya melakukan kesalahan, beliau menjelaskan dan membuat orang mengerti agar jangan memarahi saya. Sewaktu kami dalam perjalanan ke MSC, saya bercerita banyak dengannya, topik pembicaraan kami banyak sekali, mulai dari cerita tentang ketidakjelasan lagu-lagu indonesia jaman sekarang hingga ke gosip-gosip berat internal perusahaan. Saya yang awalnya berpikiran itu akan menjadi awkward moment saking pendiamnya bapak itu malah menjadi jauh dari dugaan saya, dia simple, tidak menuntut harus selalu dihargai sebagai atasan, dan menerima cerita-cerita gag penting cewek-cewek seumuran saya dan bersedia ngakak jika hal itu memang pantas untuk kami tertawakan. Kesimpulan hingga detik ini, kami sangat kompak pemirsah. Saya tidak menjamin hal ini akan selalu berlanjut seperti ini tapi yang pasti sampai detik ini saya enjoy menjadi anak buahnya. 

Sekian cerita saya tentang pak bos-pak bos keren saya. Mereka adalah makhluk-makhluk Tuhan yang keren yang dititah untuk membimbing saya. Saya sangat appreciate dengan mereka. Bagaimana dengan pak bos atau bu bos anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar